Minggu, 08 April 2012

Pendidikan Islam Muhammad Di Mekkah Dan Madinah


BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah pendidikan Islam pada hakekatnya tidak terlepas dari sejarah Islam. Oleh sebab itu periodisasi sejarah pendidikan Islam dapat dikatakan berada dalam periode-periode sejarah Islam itu sendiri. Dengan masa pembinaan pendidikan Islam, yang dimaksudkan adalah masa dimana proses pembudayaannya (masuknya kedalam kebudayaan manusiawi, sehingga diterima dan menjadi unsur yang menyatu dalam kebudayaan manusia) berlangsung. Masa tersebut berlangsung sejak Muhammad menerima wahyu dan menerima pengangkatannya sebagai rasul. Datangnya ajaran Islam yang dibawa oleh para rasul yang telah di utus oleh Allah adalah untuk meluruskan dan memacu perkembangan budaya umat manusia. Demikian pula halnya dengan ajaran Islam yang dibawa oleh Muhammad, berfungsi meluruskan perkembangan budaya umat manusia. Dengan demikian tugas Muhammad adalahmenata kembali unsur-unsur budaya yang telah ada dikalangan bangsawan dan meletakkan unsur-unsur baru yang akan menjadi dasar  bagi perkembangan berikutnya.

Jadi dengan mempelajari Sejarah Pendidikan Islam kita dapat mengetahui sebab kemajuan dan kemunduran islam baik dari cara didikannya maupun cara ajarannya. Khusunya pendidikan islam pada zaman Nabi Muhammad SAW.Sebagai umat islam, hendaknya kita mengetahui sejarah tersebut guna menumbuhkembangkan wawasan generasi mendatang di dalam pengetahuan sejarah tersebut. Dan di dalam makalah ini kami akan membahas tentang pendidikan Islam Muhammad di Makkah dan Madinah.              














BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pendidikan Islam Muhammad
Dalam masalah ilmu pengetahuan perhatian Rasul Muhammad sangat besar. Rasulullah SAW member contoh revolusioner bagaiman seharusnya mengembangkan ilmu. Rasul mulai membangun jiwa umat Islam, membimbing untuk beriman dan berilmu. Menjelaskan pada sahabat tentang Islam dan selalu membimbing setiap wahyu yang turun dan terus menyampaikan kepada umat.[1] Rumah Al-Arqam bin Abi Al-Arqam merupakan lembaga pendidikan pertama Nabi Muhammad SAW.[2]
Pelaksanaan pendidikan Islam pada zaman Nabi Muhammad tersebut dapat di bedakan menjadi dua periode
1.      Periode Makkah
2.      Periode Madinah
B.     Pendidikan Islam di Makkah
Sebelum Muhammad memulai tugasnya sebagai rasul, yaitu melaksanakan pendidikan Islam terhadap umatnya, Allah telah mendidik dan mempersiapkannya untuk melaksanakn tugas tersebut secara sempurna, melalui pengalaman, pengenalan serta peran sertanya dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan budayanya.[3] Dengan potensi fitrahnya yang luar biasa, ia mampu mengadakan penyesuaian diri dengan masyarakat dan lingkungannya yang telah menyimpang dari ajaran-ajaran sebenarnya. Menjelang usia ke -40 Allah memberikan kepercayaan kepada Muhammad sebagai rasul / utusan untuk menjadi pendidik bagi umatnya. Untuk meluruskan kembali warisan Nabi Ibrahim, serta memperbaiki keadaan dan situasi budaya masyarakatnya.[4] Nabi Muhammad menerima wahyu yang pertama di Gua Hira di Makkah pada tahun 610 M, sewaktu beliau telah mencapai umur 40 tahun.
   “Gua Hira”
Muhammad mulai menerima wahyu dari Allah sebagai petunjuk dan intruksi untuk melaksanakan tugasnya. Dalam wahyu itu termaktub ayat Al-Qur’an.
Artinya : Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah demi Tuhanmu yang paling Pemurah. Yang mengajar dengan perantara kalam. Yang mengajar manusia apa-apa yang tidak   diketahuinya. (Q.S,Al-Alaq:1-5)
Kemudian disusul dengan wahyu yang berikutnya.
Artinya : Hai orang yang berselimut. Bangunlah, untuk memberikan peringatan. Agungkan (nama) Tuhanmu, dan berihkan pakaianmu. Dan tinggalkan perbuatan dosa, dan jangan engkau memberi, untuk mendapatkan (balasan) yang lebih banyak. Dan demi Tuhanmu, bersabarlah. (Q.S, Al-Muddassir :1-7)[5]
Perintah dan petunjuk tersebut pertama-tama ditunjukkan kepada Nabi Muhammad SAW tentang apa yang harus beliau lakukan, baik terhadap dirinya sendiri maupun umatnya. Kemudian bahan materi pendidikan tersebut diturunkan secara berangsur-angsur sedikit demi sedikit. Setiap kali menerima wahyu, segera disampaikan kepada umatnya diiringi penjelasan dan contoh-contoh bagaimana pelaksanaannya. Nabi Muhammad SAW telah mendidik ummatnya secara bertahap. Beliau mulai dengan mendidik istrinya ”Khadijah” untuk beriman dan menerima petunjuk-petujuk Allah, kemudian diikuti oleh anak angkatnya ”Ali Bin Abi Thalib” dan ”zait ibn Haritsah”. Kemudian sahabat karibnya ”Abu Bakar As-Shiddiq” secara berangsur-angsur hingga meluas tetapi masih terbatas dikalangan keluarga dekat suku Quraisy saja.[6] Mereka itulah orang-orang yang mula-mula Islam (Al sabiquuna al awwaluna), dan mereka secara langsung diajar dan dididik oleh Nabi untuk menjadi muslim dan siap menerima dan melaksanakan petunjuk dan perintah dari Allah yang akan turun kemudian. Pada tahap awal ini, pusat kegiatan pendidikan Islam tersebut diselenggarakan secara ter sembunyi di rumah Arqam bin Abil Arqam.[7]
Demikian itu berlangsung sampai lebih dari 3 tahun, lalu turunlah wahyu untuk menyuruh kepada Nabi, supaya menyiarkan agama islam kepada seluruh penduduk jazirah Arab dengan terang-terangan. Nabi melaksanakan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Banyak tantangan dan penderitaan yang diterima Nabi dan sahabat-sahabatnya. Nabi tetap melakukan penyiaran islam dan mendidik sahabat-sahabatnya dengan pendidikan islam.


Dalam masa pembinaan pendidikan agama islam di Makkah Nabi Muhammad juga mengajarkan alqur’an karena al-qur’an merupakan inti sari dan sumber pokok ajaran islam. Disamping itu Nabi Muhamad SAW, mengajarkan tauhid kepada umatnya.[8]
Sebagaimana dikemukakan, bahwa Nabi Muhammad SAW dalam melaksanakan tugas kerasulannya, berhadapan dengan nilai-nilai warisan Ibrahim yang telah banyak menyimpang dari yang sebenarnya. Inti warisan tersebut adalah ajaran tauhid. Seperti  penyembahan terhadap berhala-berhala dan perbuatan syirik lainnya, menyelimuti ajaran tauhid.[9]
Mahmud Yunus,dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam menyatakan bahwa pembinaan pendidikan islam pada masa ini meliputi:
  • Pendidikan keagamaan
 Yaitu hendaklah dengan membaca nama Allah semata-mata, jangan mempersekutukannya dengan nama berhala,karena Tuhan itu Maha Besar dan Maha Pemurah,sebab itu hendaklah dieyahkan berhala itu sejauh-jauhnya.
  • Pendidikan akhliyah dan ilmiyah
 Yaitu mempelajari kejadian manusia dari segumpal darah dan kejadian alam semesta
  • Pendidikan akhlak dan budi pekerti
 Nabi Muhammad SAW mengajar sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.
  • Pendidikan jasmani (kesehatan)
Yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan tempat kediaman.
Dalam pelaksanaan pendidikan islam ini. Nabi mengajak umatnya untuk membaca, memperhatikan dan memikirkan kekuasaan dan kebesaran Allah dan diri manusia sendiri. Nabi memberikan teladan dan contoh dalam pelaksanaan sehari-hari, kemudian memerintahkan umatnya untuk mengikutinya.
Kebiasaan orang-orang arab membaca syair-syair yang berisi pujian kepada tuhan-tuhan mereka diganti dengan membaca Al-Qur’an. Kebiasaan memulai pekerjaan dengan menyebut nama berhala di ganti dengan membaca basmalah.
Dengan keadaan seperti ini maka Nabi pun mengajarkan Al-Qur’an dengan jalan membacakan ayat-ayat yang diterima dari Alloh, lalu Nabi  memerintah sahabat yang pandai menulis, untuk menulis ayat-ayat tersebut sesuai dengan yang di bacakan oleh Nabi dan yang mereka hafalkan.[10]
C.     Pendidikan Islam di Madinah
Hijrah dari Makkah ke Madinah bukan hanya sekedar berpindah dan menghindarkan diri dari tekanan dan ancaman kaum Quraisy dan penduduk Makkah yang tidak menghendaki pembaharuan terhadap ajaran nenek moyang mereka, tetapi juga mengandung maksud untuk mengatur potensi dan menyusun kekuatan dalam menghadapi tantangan-tantangan lebih lanjut, sehingga akhirnya nanti terbentuk masyarakat baru yang di dalamnya bersinar kembali mutiara tauhid warisan Ibrahim yang akan disempurnakan oleh Muhammad SAW melalui wahyu Allah.[11]
Di dalam  periode Makkah ciri pokok pembinaan pendidikan islam adalah pendidikan tauhid, maka pada periode madinah ini ciri pokok pembinaan pendidikan islam dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Tetapi sebenarnya antara dua ciri tersebut bukanlah merupakan dua hal yang dipisahkan satu dengan yang lain. Kalau pembinaan pendidikan di Makkah titik pokoknya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid kedalam jiwa tiap individu muslim, agar dari jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pembinaan pendidikan di Madinah pada hakikatnya ialah merupakan lanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran tauhid, sehingga akhirnya tingkah laku sosial politiknya merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.[12]


Cara Nabi melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan agama islam di Madinah adalah sebagai berikut:
  1. Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik.
Masalah pertama yang di hadapi Nabi Muhammad SAW dan kaum Muhajirin adalah tempat tinggal. Untuk sementara para kaum Muhajirin bisa menginap dirumah-rumah kaum Anshor. Tetapi beliau sendiri memerlukan suatu tempat khusus ditengah-tengah ummatnya sebagai pusat kegiatan, sekaligus sebagai lambang persatuan dan kesatuan diantara kedua kelompok masyarakat yang mempunyai latar belakang kehidupan yang berbeda.[13]Oleh karena itu Nabi memerintahkan untuk membangun masjid. Masjid itu telah menjadi pusat pendidikan dan pengajaran. Dibawah ini adalah  masjid yang berada di Madinah,
m1
“Masjid Quba”
                          m2
                        “Masjid Nabawi”
Nabi Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat yang bersatu padu secara intern (ke dalam), dan keluar diakui dan disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan politik). Dasar-dasar tersebut adalah:
1.      Nabi Muhammad SAW mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan pertentangan antar suku, dengan jalan mengikat tali persaudaraan di antara mereka.
2.      Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nabi Muhammad menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah.
3.      Untuk menjalin kerjasama dan saling menolong, turunlah syari’at zakat dan puasa yang merupakan pendidikan bagi warga masyarakat dalam tanggung jawab sosial.
4.      Disyaria’atkannya media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat jum’at yang dilaksanakan secara berjama’ah. Rasa memiliki kebanggaan sosial tersebut lebih mendalam lagi setelah Nabi Muhammad SAW mendapat perkenan dari Allah untuk memindahkan kiblat dalam shalat dari baitul Maqdis ke Baitul Haram di Makkah.[14]
Tugas selanjutnya yang dihadapi Nabi adalah membina dan mengembangkan persatuan dan kesatuan masyaraka islam yang baru tumbuh tersebut, sehingga mewujudkan satu kesatuan social dan kesatuan politik.
Setelah selesai Nabi Muhammad SAW mempersatukan kaum muslimin, sehingga menjadi bersaudara, lalu Nabi mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi, penduduk Madinah. Dalam perjanjian itu ditegaskan, bahwa kaum Yahudi bersahabat dengan kaum muslimin, tolong- menolong , bantu-membantu, terutama bila ada serangan musuh terhadap Madinah. Mereka harus memperhatikan negeri bersama-sama kaum Muslimin, disamping itu kaum Yahudi bebas memeluk agamanya dan bebas beribadah menurut kepercayaannya. Inilah salah satu perjanjian persahabatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
  1. Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan
Pelaksanaan pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan secara ringkas dapat di kemukakan sebagai berikut :
1.      Pendidikan ukhuwah (persaudaraan)
2.      Pendidikan kesejahteraan sosial
3.      Pendidikan kesejahteraan keluarga dan kerabat
4.      Pendidikan hankam

  1. Pendidikan anak dalam islam
Dalam islam, anak merupakan pewaris ajaran islam yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad SAW dan generasi muda muslimlah yang akan melanjutkan misi menyampaikan islam ke seluruh penjuru alam. Oleh karenanya banyak peringatan-peringatan dalam Al-qur’an berkaitan dengan itu.
Adapun garis-garis besar materi pendidikan anak dalam islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah SWT dalam surat Luqman ayat 13-19 adalah sebagai berikut:
1)      Pendidikan Tauhid
2)      Pendidikan Shalat
3)      Pendidikan adab sopan santun dalam bermusyawarah
4)      Pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga
5)      Pendidikan kepribadian
6)      Pendidikan kesehatan
D.     Kurikulum Pendidikan Islam Muhammad
Mengindentifikasikan kurikulum pendidikan pada zaman Rasulullah terasa sulit, sebab Rasul mengajar pada sekolah kehidupan yang luas tanpa di batasi dinding kelas. Nabi Muhammad SAW memanfaatkan berbagai kesempatan yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan rasulullah menyampaikan ajarannya dimana saja seperti di rumah, di masjid, di jalan, dan di tempat-tempat lainnya.
Sistem pendidikan islam lebih bertumpu kepada Nabi Muhammad SAW, sebab selain Nabi Muhammad SAW tidak ada yang mempunyai otoritas untuk menentukan materi-materi pendidikan islam. Kurikulum pendidikan Islam baik di Makkah maupun di Madinah adalah Al-Qur’an yang Allah wahyukan sesuai dengan kondisi, situasi, dan kejadian yang di alami oleh masyarakat pada saat itu.
E.     Metode Pengajaran Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah SAW
Untuk menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan dalam mengajar Nabi Muhammad SAW menggunakan berbagai metode. Hal itu dilakukan untuk menghindarkan kebosanan dan kejenuhan. Diantara metode yang digunakan Nabi Muhammad SAW adalah:
1.      Metode ceramah
2.      Dialog
3.      Diskusi atau Tanya jawab
4.      Metode demonstrasi
5.      Metode eksperimen
Selain itu, metode pendidikan akhlak juga dilakukan dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an yang berisi kisah-kisah umat dahulu kala, supaya diambil pelajaran.[15]
Dengan demikian, berhasilah sudah usaha Nabi Muhammad SAW untuk membersihkan warisan Nabi Ibrahim AS. mutiara tauhid yang tadinya tenggelam dalam lumpur kemusyrikan, sekarang telah bersinar cemerlang kembali. Dan tugas Nabi Muhammad SAW sekarang adalah menjaga dan melindungi serta mengusahakan agar sinar tauhid tersebut semakin cermelang cahayanya dan menerangi seluruh alam.[16]
F.      Analisis
Menurut kami pendidikan Islam Muhammad di Makkah dan Madinah itu berbeda, pada periode Makkah Nabi Muhammad lebih menitik beratkan pembinaan moral dan akhlak serta tauhid. Bahkan beliau dalam mendidik umatnya itu secara bertahap yaitu dengan cara sembuyi-sembunyi mulai mengajak keluarga dekat sampai akhirnya dapat dilakukan dengan cara terang-terangan hingga masyarakat yang luas. Sedangkan pada periode Madinah Nabi Muhammad SAW melakukan pembinaan di bidang sosial politik. Pendidikan di Madinah pada hakikatnya merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, jadi dihubungkannya social politik itu dengan tauhid, sehingga akhirnya tingkah laku social politik merupakan cerminan dan pantulan sinar tauhid tersebut. Dan mulailah pendidikan Islam berkembang pesat hingga saat ini bahkan lebih maju lagi.


KESIMPULAN


A.     Pendidikan Islam di Makkah
Mahmud Yunus,dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam menyatakan bahwa pembinaan pendidikan islam pada masa ini meliputi:
·       Pendidikan keagamaan.
·       Pendidikan akhliyah dan ilmiyah
§  Pendidikan akhlak dan budi pekerti
·       Pendidikan jasmani (kesehatan)
B.     Pendidikan Islam di Madinah
Cara Nabi melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan agama islam di Madinah adalah sebagai berikut:
·         Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik
·         Pendidikan anak dalam islam
·         Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan
C.     Kurikulum Pendidikan Islam Muhammad
Kurikulum pendidikan Islam baik di Makkah maupun di Madinah adalah Al-Qur’an yang Allah wahyukan sesuai dengan kondisi, situasi, dan kejadian yang di alami oleh masyarakat pada saat itu.
D.     Metode Pengajaran Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah SAW
Diantara metode yang digunakan Nabi Muhammad SAW adalah:
1.      Metode ceramah
2.      Dialog
3.      Diskusi atau Tanya jawab
4.      Metode demonstrasi
5.      Metode eksperimen


DAFTAR PUSTAKA
Sunanto Musyrifah, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan  Jakarta: Prenada Media, 2003
Fauzan dan Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam Jakarta: Kencana, 2005
Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam Jakarta: Perguruan Tinggi/IAIN, 1986
http://ppraudlatulmubtadiin.wordpress.com/2009/11/26/meneropong-pendidikan-islam-di-kota-makkah/html
http://coretan-rossi.blogspot.com/2011/06/pendidikan-islam-masa-rasulullah.html
http://mashurimas.blogspot.com/2011/03/pendidikan-islam-pada-masa-rasulullah.html
http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/03/sejarah-pendidikan-islam.html




[1]Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Prenada Media, 2003) ,13,17-16
[2] Suwito dan Fauzan, Sejarah Sosial Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2005) ,258
[3] Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Perguruan Tinggi/IAIN, 1986) ,18
[4] http://ppraudlatulmubtadiin.wordpress.com/2009/11/26/meneropong-pendidikan-islam-di-kota-makkah/html
[5] Zuhairini dkk,Ibid,20-21
[6] http://coretan-rossi.blogspot.com/2011/06/pendidikan-islam-masa-rasulullah.html
[7] Zuhairini dkk,Ibid,22
[8] http://mashurimas.blogspot.com/2011/03/pendidikan-islam-pada-masa-rasulullah.html

[9] Zuhairini dkk,Ibid,23
[10] http://ppraudlatulmubtadiin.wordpress.com/2009/11/26/meneropong-pendidikan-islam-di-kota-makkah/
[11] Zuhairini,Ibid,31
[12] http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/03/sejarah-pendidikan-islam.html
[13] Zuhairini,Ibid,34
[14] Zuhairini dkk,Ibid,35-37
[15] http://coretan-rossi.blogspot.com/2011/06/pendidikan-islam-masa-rasulullah.html
[16] Zuhairini dkk,Ibid,66

1 komentar:

  1. Thanks ya sob udah share , blog ini sangat bermanfaat ...................



    bisnistiket.co.id

    BalasHapus